Banyak yang menanyakan kepada kami, mengapa kami menggunakan format aacplus untuk radio kami?
Jawabannya sebenarnya simple, kami hanya mempunyai akses internet yang terbatas untuk mengonlinekan radio kami.
Internet di Indonesia khususnya untuk user rumahan, ISP terkenal sangat pelit bandwith. Yah jika dipakai untuk download mungkin tidak terasa, karena memang ISP menyediakan bandwith download yang cukup besar (up to kbps/mbps = pembohongan public), tetapi untuk kasus kami, kami butuh bandwith upload.
ISP rata2 membatasi bandwith upload yang sangat berbeda dengan bandwith download. Aggap saja 1:4, misalnya untuk download dapat mencapai 384 kbps, untuk upload 70 kbps saja udah bagus :).
Belum lagi dibagi user yg cukup banyak. Anggep aja rasio kita dengan user lain 1:10.
Dapet berapa sebenarnya koneksi kita?
makanya ISP selalu bilang "up to" bukan "minimal at".
Ini berbeda dengan koneksi coorporate yang memiliki rasio 1:1. Misalnya 64 kbps, biasanya 32 upload dan sisanya download. Sekedar info untuk koneksi 1:2 udah menguras kocek 2,5 juta (64 kbps). Gimana dengan 1:1?
Akhirnya dr banyak kekecawaan kami terhadap ISP yang ada, kami mencoba mencari alternatif. Bagaimana mengakali bandwith rendah tetapi kualitas ngak kalah dengan mp3 yang membutuhkan bandwith lebih banyak.
AACPlus dr coding tech (http://www.codingtechnologies.com/) yg memperoduksi mp3pro dan mpeg surround, akhirnya menjadi pilihan kami.
Kenapa?
Semoga membantu sesama netcaster/webcaster lainnya.
PS: bisa karena biasa, biasakan aacplus maka banyak manfaatnya hehehehehe.
salam,
tRB
Jawabannya sebenarnya simple, kami hanya mempunyai akses internet yang terbatas untuk mengonlinekan radio kami.
Internet di Indonesia khususnya untuk user rumahan, ISP terkenal sangat pelit bandwith. Yah jika dipakai untuk download mungkin tidak terasa, karena memang ISP menyediakan bandwith download yang cukup besar (up to kbps/mbps = pembohongan public), tetapi untuk kasus kami, kami butuh bandwith upload.
ISP rata2 membatasi bandwith upload yang sangat berbeda dengan bandwith download. Aggap saja 1:4, misalnya untuk download dapat mencapai 384 kbps, untuk upload 70 kbps saja udah bagus :).
Belum lagi dibagi user yg cukup banyak. Anggep aja rasio kita dengan user lain 1:10.
Dapet berapa sebenarnya koneksi kita?
makanya ISP selalu bilang "up to" bukan "minimal at".
Ini berbeda dengan koneksi coorporate yang memiliki rasio 1:1. Misalnya 64 kbps, biasanya 32 upload dan sisanya download. Sekedar info untuk koneksi 1:2 udah menguras kocek 2,5 juta (64 kbps). Gimana dengan 1:1?
Akhirnya dr banyak kekecawaan kami terhadap ISP yang ada, kami mencoba mencari alternatif. Bagaimana mengakali bandwith rendah tetapi kualitas ngak kalah dengan mp3 yang membutuhkan bandwith lebih banyak.
AACPlus dr coding tech (http://www.codingtechnologies.com/) yg memperoduksi mp3pro dan mpeg surround, akhirnya menjadi pilihan kami.
Kenapa?
- Dengan minimal 16 kbps sudah mendapatkan suara stereo, 24 kbps adalah kualitas FM dan 32 kbps adalah kualitas CD. Bandingkan dengan format mp3 dengan bitrate yang sama.
- aacplus merupakan pengganti mp3 dimasa akan datang.
Banyak radio online di eropa sudah bergeser dengan codex ini. karena pendengar ingin mendengarkan kualitas bagus tp tanpa menghabiskan bandwith yang pas-pasan.
sangat tidak reable dengan bandwith internasional kita yg dicekek kita harus mendengarkan lebih dari 24 kbps untuk sebuah radio online. - Banyak player sudah mensupport sepenuhnya, kecuali windows yang terlihat masih ogah2an dan butuh sebuah plugin dr orban (http://www.orban.com/plugin).
Contoh player yg support aacplus bisa diliat di: http://www.radiobandung.co.cc/about/aacplus-players - Dengan bitrate rendah maka ukuran file juga menjadi kecil. Ini berguna jika di letakan di dalam HP yg support aacplus (hampir semua HP sudah support aacplus)
Semoga membantu sesama netcaster/webcaster lainnya.
PS: bisa karena biasa, biasakan aacplus maka banyak manfaatnya hehehehehe.
salam,
tRB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar